Tanjung Luar merupakan salah satu desa
yang ada di kecamatan Keruak, kabupaten Lombok Timur, provinsi Nusa
Tenggara Barat, Indonesia. Desa merupakan satu dari 4 desa dan kelurahan
yang berada di kecamatan Keruak.
Desa ini memiliki jumlah penduduknya
sebagian besar bersuku daerah Sasak, Bugis dan Bajau . Terletak di
bagian timur pulau Lombok.
Bagi yang menyukai fotografi, Anda
tidak boleh melewatkan kesempatan berkunjung ke Pelabuhan Tanjung Luar.
Berangkatlah jam 5 pagi ke lokasi dan Anda akan disuguhi suasana pasar
ikan yang ramai sekali. Para nelayan menurunkan hasil tangkapan mereka.
Kemudian ikan-ikan yang sudah ditangkap di bawa ke tempat pelelangan
yang sudah ditunggu oleh para pembeli. Ikan yang dijual disini mulai
dari ikan yang biasa kita lihat dipasaran hingga ikan berukuran besar
(giant fish) seperti hiu.
Segala jenis isi laut, ikan hasil
tangkapan bebas diperjual belikan. Mulai dari Udang, Kepiting, Kerang,
Tiram, Cumi, Sotong, Tenggiri, Gurita, Baronang, Tongkol maupun Pari,
Tersedia juga, ikan teri yang menjadi makanan kegemaran saya. Ikan –
ikan itu, dijual dalam keadaan hidup maupun sudah diasinkan. Tak
ketinggalan, jenis-jenis ikan mahal kualitas ekspor seperti Krapu,
Traveli, Marlin, Cakalang bahkan Potongan Tuna. Ikan – ikan itu seolah
dipamer dengan berbagai ukuran dan harga variatif. Ikan dengan ukuran
besar biasanya dipotong kecil, namun banyak yang dijual dalam keadaan
utuh tanpa goresan pisau.
Ikan hiu yang diperdagangkan di
pelabuhan ini merupakan hasil tangkapan nelayan setempat yang khusus
berburu hingga ke perairan lepas di Samudera Hindia atau perairan Laut
Flores. Di pelabuhan ini setidaknya ada 67 unit kapal nelayan yang 40
diantara berburu hiu. Jenis ikan hiu yang biasanya ditangkap oleh para
nelayan adalah Hiu Loreng, Hiu Kejen, Hiu Lonjor dan Hiu Tikus.Khusus
untuk ikan yang berbadan besar, para nelayan umumnya sudah memiliki
pemesan tetap. Sirip hiu diekspor ke Hongkong sedangkan insang Manta Ray
dikapalkan ke sebuah pabrik kosmetik di Surabaya. Tanjung luar juga
merupakan wilayah permukiman masyarakat Bugis yang tinggal di
rumah-rumah bertiang.
Jika beruntung Anda dapat menyaksikan
ritual warga Dusun Toroh Selatan Desa Tanjung Luar Kecamatan Keruak
melakukan Nyalamak Dilau yakni melarung kepala kerbau (Ditiba Tikolok)
ke lokasi batu karang di tengah laut. Nyalamak Dilau berarti selamatan
laut atau bisa pula disebut sebagai Nyalama Palabuang. Selamatan ini
sebagai bentuk rasa syukur sekaligus pengharapan agar hasil ikan
tangkapan mereka meningkat. Prosesi yang digelar masyarakat keturunan
Suku Bajo tersebut sudah dilakukan secara turun temurun sejak 400 tahun
silam.
Persiapan yang harus dilakukan untuk
menggelar ritual ini adalah menyiapkan kepala kerbau yang sudah dipotong
3 hari sebelumnya. Tanduk dan gigi kerbau itu dihias dengan benang emas
seberat 0,5 grams dan diletakkan didalam tempat yang ditutup dengan
kain putih. Prosesi ini bertujuan untuk memohon kepada Allah agar
dijauhkan dari marabahaya serta penyakit. Saat ritual Nyalamak Dilau
akan dimulai, di pantai ratusan perahu penduduk sudah mengunggu untuk
mengiringi dua sampan yang disatukan sebagai tumpangan iring-iringan
kepala kerbau tersebut. Gendang, gong, dan seruling sebagai perlengkapan
musikpun dimainkan. Biasanya irama magis tersebut selalu membuat
beberapa orang warga mengalami kesurupan atau kandongkoang. Sesampaianya
di lokasi batu karang, kepala kerbau itu dilepas oleh Sandro Daeng Abas
(pawang/dukun). Pembuangan ke batu karang mengantung arti pentingnya
habitat ikan sehingga tidak boleh dirusak. Sorak sorai warga menyertai
iring-iringan perahu tersebut.
Tiga hari setelah melarung kepala
kerbau dan atas seizin Sandro, para nelayan setempat baru boleh melaut
kembali. Jika ada yang melanggar aturan ini akan diberikan sanksi denda
dan penyiataan seluruh hasil tangkapan laut. Tradisi ini biasanya
dilakukan pada bulan Muharram. Biaya yang digunakan untuk menggelar
prosesi ini tidaklah sedikit yakni sekitar Rp. 35 juta.sumber: gililombok.com
0 comments:
Post a Comment