Tuesday 14 October 2014

Published 04:55 by with 0 comment

Laut Bukan Penampung Akhir Sampah


Sampah di Lautan

Yang menjadi permasalahan di dunia ini terlebih di Indonesia adalah permasalahan sampah.  Tanpa kita sadari akbat kurang sadar dan perubahan perilaku dari masyarakat yang tidak mengerti arti lingkungan yang bersih, mengakibatkan terbentuknya keranjang sampah raksasa. Tidak tangung tanggung yang menjadi keranjang sampah adalah LAUT.
Sampai kapan kita jadikan laut kita menjadi tempat penampungan sampah. Kita tidak menyadari sampah yang kita buang sangat membahayakan bagi ekosistem yang ada di lautan. Laut yang tercemar akan mengakibatkan ikan yang kita konsumsi tidak sehat.
Selain itu yang menjadi perhatian dari sampah yang ada di lautan adalah sampah PLASTIK. Sampah plastik dapat. plastik itu butuh waktu sangat lama untuk terurai. Selain itu muncul lagi masalah baru yaitu kandungan bijih plastik sangat sulit untuk terurai. Menurut para ilmuan bahwa 99 persen plastik mikroskopik di lautan hilang, kemungkinan dimakan hewan. Sampah plastik yang sudah terlanjur berada dilaut akan mengendap untuk waktu yang sangat lama.Yang menjadi perhatian kita saat ini adalah munculnya PLASTIK ramah lingkungan dan dapat terurai hanya beberapa tahun. syarat terurai plastik ini adalah Suhu tinggi atau lebih dari 50 derajat celsius, radiasi ultraviolet sinar matahari, hingga paparan udara jadi syarat agar plastik itu bisa terurai seperti yang diklaim produsennya.

Yang menjadi catatan kita adalah bahwa plastik yang di tampung di laut akibat ulah tangan manusia yang kurang menyadari dampak buruk dari sampah dan pencemarannya ternyata tidak bisa terurai begitu saja walaupun itu sampah yang diklaim bisa terurai hanya beberapa tahun.
Di dalam laut, sinar matahari amat sangat minim, bahkan nol, saat plastik terendap di kedalaman ratusan meter. Kondisi laut pun seperti kita ketahui dingin hingga sangat dingin sehingga tak memenuhi syarat lingkungan bagi plastik untuk terdegradasi.
Dari hasil studi yang dilakukan oleh UNEP memperkirakan produksi palastik 280 juta ton yang diproduksi secara global dalam kurun pertahun. Dan yang menjadi pokok perhatian kita adalah hanya sebagian kecil yang di daur ulang. Sisanya mengendap di lautan.
Masihkah kita merelakan lautan yang menjadi sumberkehidupan kita rusak diakibatkan oleh diri kita sendiri. Masihkah kita rela keindahan pulau, keindahan alam, keindahan bawah laut yang kita banggakan rusak akibat sampah yang kita buang. Pertanyaan ini tidak perlu di jawab akan tetapi menjadi pemicu untuk merubah sifat dan tingkah laku kita. Sampai kapan kita jadikan lautan kita menjadi bak sampah.
Read More
      edit